Ancaman dari dua gempa besar, 8,5 skala Richter dan 8,1 SR, yang mengguncang Aceh telah berlalu, peringatan tsunami dicabut, warga yang mengungsi mulai kembali ke rumah masing-masing. Aktivitas berangsur normal. Meski demikian, kekhawatiran baru muncul: akankah lindu Rabu 11 April 2012 memicu terjadinya gempa besar di Sumatera Barat sesuai prediksi para ilmuwan? Sejak bertahun-tahun lalu, para ahli gempa memperingatkan ada potensi gempa besar jika megathrust Mentawai, yang letaknya di bawah Siberut Sipora, dan Pagai, pecah. Jika itu terjadi, satu juta lebih penduduk, di Padang, Pariaman, Painan, dan wilayah lain di Sumatera Barat serta Bengkulu, diperkirakan bakal terancam. Gempa macam ini berpotensi besar menimbulkan tsunami. Namun, menurut pakar Paleotsunami Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, hal itu belum tentu terjadi. "Kemungkinannya 50:50. Mungkin mempercepat atau tidak mempercepat," kata dia ketika dihubungi VIVAnews.com, Kamis 12 April 2012. Untuk melihat kemungkinannya, secara ilmiah, perlu permodelan untuk mengetahui, apakah kejadian gempa kemarin mempertinggi stres atau tekanan di megathrust Mentawai, atau justru mengurangi. Gempa yang mengguncang Padang tiga tahun lalu jadi pelajaran. "Saat gempa Padang 2009 lalu, ada dugaan ia bisa mempercepat gempa Mentawai. Namun, setelah dilakukan permodelan, itu justru mengurangi ketegangan di Mentawi," kata dia. Yang perlu disyukuri dari insiden kemarin, lanjut Eko, meski gempa berkekuatan besar, kekhawatiran warga bahwa horor gempa dan tsunami 2004 akan terulang, tak terbukti. Lindu hanya memicu tsunami mini yang tak mematikan. Eko menyebut, lokasi adalah penentunya. Gempa kemarin terjadi di interplate. "Sementara gempa yang akan terjadi di megathrust, pertemuan antar lempeng Indo-Australia dan Eurasia," kata dia. Dia menambahkan, prediksi gempa Mentawai kali pertama disampaikan ilmuwan pada 2003 lalu. "Itu sebelum gempa dan tsunami Aceh, Pangandaran, Bengkulu," kata dia. Lalu mengapa Aceh dan lainnya tidak terprediksi? Eko menyebut, persoalan utama adalah tak adanya data lengkap. "Sesungguhnya satu-satunya di Indonesia yang datanya lengkap adalah Mentawai, sementara, di tempat lain tidak lengkap, bahkan tidak ada" kata dia. Jangankan memprediksi gempa di Sulawesi, Maluku, yang jauh dari pusat kekuasaan, untuk kawasan Selatan Jawa saja tidak bisa. Dan meskipun ada data, para ahli gempa dibuat kaget dengan kejadian gempa dan tsunami di Mentawai dua tahun lalu. "Gempa dan tsunami di Mentawai 2010 lalu adalah jeweran yang luar biasa," kata dia.
Untuk Indonesia, yang dikelilingi "Cincin Api Pasifik" atau Ring of Fire, bencana alam adalah sebuah keniscayaan, hanya tak diketahui pasti kapan akan datang. Untuk itulah, menurut Eko, masyarakat harus bersiap menyambut bencana.
Caranya, dengan menyiapkan diri. Bisa dengan menyiapkan panic room atau ruang panik. "Tak melulu dimaknai kamar, panic room bisa dimaknai perabot seperti tempat tidur tingkat, meja yang kuat untuk berlindung jika terjadi bencana," kata dia. Pemerintah juga tidak boleh abai. Menyiapkan infrastruktur, juga dana untuk mendukung penelitian agar potensi bencana masa depan bisa diketahui. Apalagi, ancaman bencana di masa depan tak hanya di megathrust Mentawai.
Padang Bersiap Soal dugaan gempa Aceh akan memicu gempa di Sumatera Barat juga dibantah Manajer Pusat Pengendali Operasi Penanggulanga Bencana Sumbar, Ade Edward Secara ilmiah, ia menerangkan, zona gempa di Aceh berbeda dengan Mentawai. Jika pun berpengaruh, menurutnya, lebih ke kawasan sekitar lokasi gempa hingga Sumatera Utara. "Saya lebih mengkhawatirkan sejumlah gempa yang terjadi di Sumbar dalam kurun waktu tiga bulan belakangan, ini mungkin bisa memicu," kata dia. Dalam catatan gempa Sumbar sepanjang 2012 yang dilansir Pusdalops Penanggulangan Bencana Sumbar, tercatat sembilan gempa dengan kekuatan 3 SR hingga 5 SR. Terakhir, gempa berkekuatan 5,3 SR terjadi di kedalaman 34 kilometer pada 7 April 2012. Pusat gempa berada di 3.33LS 100.29BT atau 143 kilometer tenggara Kepulauan Mentawai.
Bagaimana persiapan Sumbar khususnya Padang menghadapi potensi bencana? Berkaca pada reaksi warga menghadapi ancaman tsunami pasca gempa Aceh dan gempa Padang 2009 lalu, maka boleh dikatakan masyarakat belum siap. Warga kesulitan memanfaatkan jalur evakuasi , macet total terjadi di sejumlah jalan utama kota yang membuat evakuasi berjalan lamban. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, datang ke Padang untuk rapat mendadak terkait evakuasi pasca gempa Rabu lalu. Ia mengatakan, keinginan untuk mempercepat infrastruktur seperti jalur evakuasi, gedung yang berfungsi sebagai shelter. Ini tidak terkait ancaman megathrust di Mentawai. "Saya kira iya [perlu percepatan], sehingga tidak terjadi kepanikan saat ancaman itu benar-benar terbukti. Yang penting kita siapkan dulu infrastrukturnya," tambahnya. BNPB, kata dia, telah membantu pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan untuk membangun 12 shelter di kawasan bibir pantai. BNPB juga berniat menambah shelter di jalan Khatib Sulaeman, Padang, untuk menghindari warga terfokus untuk menjauhi pantai menuju daerah yang lebih tinggi. Walikota Padang, Fauzi Bahar, yang hadir dalam rapat juga mengatakan, percepatan penyelesaian sejumlah shelter di kawasan bibir Pantai Padang akan dilakukan. "Percepatan ini penting agar masyarakat tidak harus lari memanfaatkan jalur evakuasi semata," kata Fauzi Bahar lewat sambungan telepon. Padang pun menargetkan membangun 100 shelter dengan jumlah penduduk yang mencapai 920 ribu jiwa. Setidaknya, baru tujuh shelter yang bisa difungsikan berupa pasar, sekolah, dan masjid.
Memicu gempa di Jawa? Tak hanya Sumatera, muncul juga kekhawatiran gempa Aceh juga akan diikuti lindu di Pulau Jawa, khususnya di pesisir Selatan. Terkait itu, peneliti gempa dari Universitas Gajah Mada (UGM), Subagyo, mengatakan bahwa kemungkinannya sangat kecil. Meski Aceh dan Jawa berada di lempeng yang sama. Sebab, jaraknya sangat jauh dan kejadian gempa ini diluar zona subduksi. Apalagi, kerak samudra di Aceh diperkirakan berumur 70 juta tahun, sedangkan kerak samudra yang ada di selatan Pulau Jawa usianya dua kali lipatnya, lebih tua. "Sangat kecil kemungkinan gempa di Aceh kali ini akan memicu juga gempa di selatan Pulau Jawa," tambah dia. Ia menyebut, gempa Aceh dua hari lalu sangat unik. Kerak samudera yang diperkirakan tak aktif justru bangkit dan menimbulkan gempa dengan kekuatan besar, sampai dua kali.
"Ini pengalaman baru bagi Indonesia dan sesuatu yang unik karena usia kerak samudra yang usianya sudah 70 juta tahun dan diperkirakan mati namun dalam kenyataanya masih aktif. Bisa juga diibaratkan seperti gunung berapi yang dinyatakan mati namun mendadak meletus karena pelepasan energi, yang disimpan dalam kerak bumi," jelas dia.
Keunikan ke dua, terjadi gempa susulan yang kekuatannya juga besar. Tak lazim, sebab, biasanya gempa susulan berkekuatan makin kecil. Pergerakan horizontal gempa Aceh diperkirakan akan menimbulkan pergerakan yang lainnya pada zona diluar zona subdiksi. "Gempa utama dan disusul dengan gempa susulan masih satu jalur dengan pergerakan utara selatan dan terjadi secara beruntun," kata dia. Wilayah mana yang berpotensi "dirambati" gempa Aceh? "Jika terjadi gempa lagi maka potensi gempa besar dapat terjadi di sekitar Pulau Andaman," kata dia. Andaman adalah wilayah India di Samudera Hindia.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar