Keputusan Markas Besar Kepolisian Indonesia menuruti tuntutan sementara organisasi massa untuk melarang konser Lady Gaga di Jakarta, pada 3 Juni nanti, menunjukkan kegagalan kinerja kepolisian negara. Anggota Komisi III DPR, Eva Sundari, Rabu, mengatakan, "Polri sudah didikte organisasi kemasyarakatan tertentu melarang konser Lady Gaga, karena alasan mempertontonkan maksiat. Saya menilai Polri tidak obyektif." … Polisi masih sebagai aparatur negara atau aparatur preman berjubah?… Polri gagal dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur negara yang profesional, independen, non diskriminasi dan imparsial. Dia meminta Kepolisian Indonesia mencabut larangan konser Lady Gaga yang akan manggung pada 3 Juni 2012, di Jakarta. "Larangan tersebut bersifat diskriminatif karena tekanan ormas tertentu," katanya. Polisi, katanya, tidak adil. Tak hanya itu saja, pelarangan konser Lady Gaga akan berakibat pada ketidakpercayaan masyarakat kepada Polri. Ia menegaskan, pelarangan ini merupakan fakta kesekian kali disorientasi Polri karena menuruti tuntutan ormas tertentu. "Jadi, Kapolri harus menjelaskan bagaimana orientasi tugas pokok dan fungsi Polri. Polisi masih sebagai aparatur negara atau aparatur preman berjubah?," kata Eva. aktivis organisasi sosial sekaligus seniman kenamaan Indonesia Ratna Sarumpaet, mempertanyakan hal tersebut. Bagi Ratna, pelarangan ini justru menunjukkan kegagalan demokrasi di Indonesia. "Buat saya ini menyedihkan. Orang-orang atau kelompok yang memakai agama sebagai kedok untuk melakukan hal-hal yang tidak wajar. Karena itu sudah menjadi indikasi gagalnya demokrasi. Dan itu sangat mencoreng Indonesia," ujar Ratna. "Ini menyangkut citra bangsa kita juga. Lady Gaga di sini bukan soal karena dia selebriti yang mendunia dan mungkin dikatakan berpenampilan tidak pantas di kultur negara kita. Namun lebih dari itu, sebagai negara yang terkenal ramah ya seharusnya kita mampu menjamu tamu dengan sebaik-baiknya. Tidak usah menggunakan alih-alih agama demi suatu kepentingan," lanjutnya. Menurut perempuan asal Tarutung, Tapanuli Utara itu, banyak pihak yang sebetulnya dilukai akibat pelarangan ini. Dangdut erotis yang sering mewarnai pertunjukan rakyat tidak pernah ada yang mempermasalahkan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution menuturkan jika beberapa waktu lalu banyak pernyataan tentang penolakan konser Lady Gaga di Jakarta. Maka dengan tegas ia mengatakan jika Mabes Polri tidak memberikan izin terhadap rencana konser Lady Gaga. "Pada prinsipnya Polda Metro Jaya selaku penanggung jawab wilayah Jakarta tidak memberikan rekomendasi untuk melaksanakan konser di Jakarta," ujar Saud saat dijumpai di Auditorium STIK Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Selasa (15/5). Menurut Saud yang menjadi pertimbangan atas penolakan konser tersebut adalah sebagai langkah untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya di Jakarta. Saud menjelaskan jika pihaknya telah menerima surat penolakan dari ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia serta Forum Umat Islam. Lantas bagaimana dengan panggung dangdut erotis yang bisa dengan mudah kita lihat di pertunjukan panggung musik di kampung-kampung saat ada hajatan dan even-even lokal yang tak kalah erotis dalam membangkitkan syahwat tersebut. Dimanakah beda nya dengan si Lady Gaga? Dimanakah letak perbedaan pandangnya?
sumber Artikel Terbaru Seputar Bola dan Prediksi Bola | www.lintasgol.com
Jangan lupa di like...
@osserem Follow juga ya....
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar