Ir. Soeratin Sosrosoegondo Ir. Soeratin Sosrosoegondo mungkin akan menangis jika melihat kondisi PSSI, yang didirikannya untuk memupuk semangat persatuan dan kesatuan, kini terpecah. Soeratin lahir pada 17 Desember 1898 di Yogyakarta dan besar di keluarga cendekiawan. R. Sosrosoegondo, ayahnya, adalah seorang guru dan penulis buku Bausastra Bahasa Jawi. Sementara R.A Srie Woelan, sang istri, merupakan adik kandung Dr. Soetomo, pendiri organisasi pemuda Budi Utomo, yang menjadi cikal bakal persatuan Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan di Indonesia, Soeratin muda menimba ilmu di Sekolah Teknik Tinggi di Hecklenburg, Jerman, pada 1920 dan menyandang gelar insinyur sipil tujuh tahun kemudian. Darah nasionalis Soeratin tak luntur meski pergaulannya di masa muda lebih dekat dengan bangsa asing. Sepulangnya dari Jerman, Soeratin bergabung dengan perusahaan konstruksi milik Belanda dan membangun sejumlah jembatan dan gedung di Tegal dan Bandung. Tak berhenti sampai di situ, rasa nasionalisme mendorong Soeratin mencari cara menyadarkan rakyat Indonesia pentingnya persatuan dan kesatuan di tengah derasnya usaha bangsa asing menguasai Tanah Air. Bahu membahu, Dr. Soetomo dan Ir. Soeratin berjuang menyebarkan nilai-nilai persatuan kepada penduduk pribumi. Pada tahun 1930, Soeratin mantap memilih bidang olahraga, khususnya sepak bola, sebagai wujud nyata Sumpah Pemuda yang tercetus dua tahun sebelumnya. Soeratin kemudian menemui sejumlah tokoh sepak bola di Pulau Jawa hingga akhirnya membentuk PSSI, kependekan dari Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (sekarang Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia). Bersama sejumlah pengurus klub, yakni SIVB (Persebaya Surabaya), BIVB Bandung (Persib Bandung), VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSIM (Yogyakarta) dan MIVB (PPSM Magelang), PSSI didirikan pada 19 April 1930 di Societeit Hadiprojo, Yogyakarta. Pertemuan ini diadakan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari intelijen Belanda. Tak mau setengah-setengah dalam perjuangannya, Soeratin akhirnya meninggalkan pekerjaannya demi PSSI. Satu tahun kemudian, PSSI mulai rutin menggelar kompetisi. Menariknya, Ir. Soeratin selalu menanamkan kepada tim-tim pribumi agar jangan sampai kalah jika melawan tim-tim yang diperkuat orang-orang Belanda. Soeratin menjabat sebagai ketua umum PSSI selama 11 periode, yang masing-masing berdurasi satu tahun. Perjuangannya tidak hanya sebatas mendirikan PSSI. Ia juga pernah bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat saat Belanda berusaha merebut kembali Indonesia setelah masa penjajahan Jepang selepas tahun 1945. Pada 1959, Bapak Sepak bola Nasional itu meninggal dunia dan dikebumikan di TPU Sirnaraga, Jalan Pajajaran, Kota Bandung. Tepat di Hari Ulang Tahun PSSI ke-82, Kamis (19/4/12), muncul seruan untuk memberikan gelar pahlawan kepada pendiri PSSI tersebut. Di sisi lain, 82 tahun setelah didirikan, PSSI justru tengah berada pada titik nadir. Konflik organisasi memunculkan dua kubu yang sama-sama mengklaim legalitas memimpin organisasi sepak bola nasional tersebut. Bukannya memupuk persatuan dan kesatuan, PSSI kini menjadi contoh buruk egoisme yang menimbulkan perpecahan. Himbauan pun diserukan banyak kalangan agar pihak-pihak yang bertikai sejenak menoleh kebelakang, merenungkan semangat dan cita-cita yang terkandung dalam pembentukan PSSI oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo. sumber
Jangan lupa di like...
@osserem Follow juga ya....
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar